Friday, March 20, 2015

Pandangan Subyektif Tentang Kriminalitas Di Mojoagung

Akhir-akhir ini selalu menemukan berita kriminal di headline cabang koran nasional yang fokus pada berita lokal. Entah karena memang konspirasi sebuah harian lokal, agar lebih bombastis. Gak tau. Tapi selain pemikiran seperti itu, jika kita normal, kita tak mau kriminalitas terjadi. Pernah tidak bertanya mengapa seseorang melakukan tindakan kriminal? Pernah tidak mendengar cerita dari sisi seorang pelaku tindak kriminal? Tulisan ini bukan tentang kejahatan kelas atas, namun tentang kejahatan-kejahatan kecil yang terdapat di lingkungan sekitar kita. Saya yakin tanpa hasil studi (jadi kalian bisa menyanggahnya), bahwa pelaku kriminal-kriminal kelas teri ini melakukan karena kebutuhan yang penting dan mendesak.

Suatu kasus perampokan di sebuah minimarket yang menggasak uang dan handphone namun yang menarik adalah para perampok ini juga merampas beberapa kaleng susu bayi. Jadi pernahkah terpikir mengapa seseorang perampok juga menggasak susu bayi? Jelas-jelas kalo bukan untuk anaknya untuk siapa lagi? Dan mengapa mereka memberi susus bayi hasil rampokan? Mereka tak sanggup membelinya? Iya, saya yakin begitu. Jadi faktor utama perampokan adalah ekonomi, bukan semata-mata karena mereka mau melakukannya (karena yang melakukan hal itu cuma para psikopat saja). Meski tanpa hasil studi, banyak sekali bukti-bukti nyata di kota lain yang angka kriminalitasnya tinggi, bahwa ada kesenjangan sosial antara si kaya dan miskin.

Si miskin ini tak punya kesempatan untuk mencari nafkah di tengah-tengah pembangunan masif Mojoagung. Dan kita tau sendiri bahwa Mojoagung menjadi pusat pembangunan Jombang karena begitu pentingnya jalur tersebut. Saya yakin jika memaparkan fakta, maka cukup miris yang terjadi di sana.

Jadi hal-hal yang dilakukan para aparatur pemerintah harusnya tak hanya menangkapi perampok, tapi juga melakukan pendekatan-pendekatan secara sosial-ekonomi. Melakukan pelatihan-pelatihan untuk mereka yang menjadi korban pendidikan yang kian mahal. Dan membuat mereka mandiri secara ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan, setidaknya sebelum kemandirian mereka dijegal oleh para kapitalis.

Jadi memang tak ada solusi yang menuntaskan semua, kecuali setelah masyarakat mendapat pendidikan yang bagus dan pemikirannya jauh berkembang serta mempergunakan hak politik tanpa menunggu lima tahun sekali. Pendidikan itu penting saudara-saudara dan biayanya harus ditanggung pemerintah seluruhnya.

*Mochammad IH adalah editor jurnal subyektif. Dia tak pernah mendapat pendidikan formal.

No comments:

Post a Comment