Wednesday, January 13, 2016

Meracau: Tentang Unit Hardcore-Punk Baru yang Menjanjikan


Oleh Mochammad IH | @aliasjojoz

Ketika penulis diminta untuk me-review sebuah single pertama dari sebuah unit hardcore-punk baru dari Jombang, penulis sedikit segan, mengingat koleksi penulis untuk musik hardcore-punk sangat terbatas. Kemudian posisi penulis yang tidak terlalu mengikuti skena musik arus bawah tanah Jombang dikarenakan kesibukan.  Lagipula penulis tidak menemukan hal yang baru dalam skena Jombang dalam hal tendensi dan keberpihakan politik mereka, sesuatu yang penulis tunggu-tunggu sejak gelombang Gerakan Menolak Reklamasi Teluk Benoa di Bali. Namun penulis ingin tulisan ini menjadi sebuah usaha yang sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Berikut single pertama Meracau yang diunggah ke akun soundcloud mereka:


Ketika mendengar pertama kali, sound gitar yang dipakai oleh mereka cukup retro. Hal ini memaksa penulis mendengar koleksi unit-unit punk lawas dan menemukan beberapa track Warzone yang cukup membawa pengaruh namun minus solo gitar. Ketika membuka koleksi musik punk kontemporer, penulis mendapati ada Vomit Crew dan The Kuda dalam Sebotol Whiskey, musik yang digeber cepat dan bertenaga tanpa tedeng aling-aling.


Di departemen lirik, suara mahasiswa perantauan indekos yang masih bergantung pada kiriman orang tua cukup kentara. Penulis merasakan apa yang ditulis Meracau adalah kejujuran atas kehidupan mereka. Hal ini cukup sering ditemui pada musisi arus pinggir lain, tentang suara-suara yang mereka rasakan sendiri secara subyektif, yang malah terkesan obyektif karena beberapa kelompok masyarakat juga merasakan perasaan dan penderitaan yang sama. Fenomena ini pernah penulis tuliskan dalam halaman yang lain di blog ini.

Penulis jadi mengingat Widji Thukul. Penyair ini menyuarakan kehidupan sehari-harinya dalam puisi-puisinya, suaranya dirasakan oleh orang-orang yang sehari-harinya bernasib sama dengan Widji Thukul, kaum miskin kota dan pekerja sektor informal yang dipinggirkan atas nama "pembangunan" Orde Baru. Sedang Meracau menyuarakan keadaan sehari-harinya yang diamini oleh kelompok-kelompok mahasiswa perantauan.




Wajah-wajah punggawa Meracau adalah para pemuda yang cukup aktif berseliweran di skena Jombang. Saking aktifnya, hampir tiap gig arus bawah tanah di Jombang unit-unit mereka selain Meracau menjadi langganan line up utama skena Jombang. Ya, Meracau bukan band pertama yang mereka bangun. Ketika penulis mendapati teaser proyek Meracau dibagikan di media sosial, penulis berpikir musik apalagi yang akan dihadirkan oleh anak-anak ini? Mungkin terkesan hobi membangun unit-unit musik yang baru dan terkesan meninggalkan unit lawas, namun penulis pikir inilah cara otentik mereka untuk membangun skena Jombang--yang seringkali dipandang kota yang tidak istimewa-istimewa amat, apalagi dalam dunia perkancahan musik arus pinggir. Penulis menghormati usaha-usaha mereka yang aktif membagikan hal-hal segar di skena. Viva la scena!

Kabar terbaru yang mereka bagikan kepada penulis, Meracau berencana akan mengemas Sebotol Whiskey dan 6 lainnya dalam bentuk CD, semangat Do It Yourself mereka tonjolkan. Sepertinya ini serius dan menjanjikan. Tabik.***

Penulis adalah editor Jurnal Subyektif, pertama kali diunggah di blog pribadi penulis.

No comments:

Post a Comment