Oleh Tsamrotul AM
Alloh Ta’ala telah menciptakan
manusia sebagai makhluk yang paling mulia diantara makhluk lainnya, makhluk
yang diciptakan sebagai inti dari alam semesta. Manusia ada yang diciptakan
dengan berjenis laki-laki dan ada pula yang berjenis perempuan, kemudian dari
keduanya dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bangsa, untuk saling kenal
mengenal, dari kenal mengenal tersebut mencakuplah rasa untuk saling berbuat
kemaslahatan antara keduanya,bukan untuk saling bermusuhan, menyakiti,
melemahkan, menjatuhkan, menghancurkan dan sebagainya. laki-laki dan perempuan
sesungguhnya mempunyai derajat yang sama dimata Alloh Ta’ala dan yang lebih
mulia diantara keduanya adalah yang bertaqwa dan yang paling banyak beramal
sholeh dalam hidupnya.
Dalam pentas sejarah manusia, isu
tentang perempuan banyak mengisahkan problematika yang amat misterius, misalnya
perempuan identik dengan sebutan tiyang wingking (orang yang berada
diposisi belakang), dengan demikian sejarah telah sedikit menggambarkan bahwa keberadaan
perempuan terpinggirkan dimata sosial, utamanya di kalangan laki-laki. Sehingga
ada sistem sosial yang disebut dengan patriarki, yakni pandangan yang
menempatkan laki-laki sebagai penguasa tunggal, dan menempatkan perempuan pada
posisi yang tidak diuntungkan, senantiasa memandang bahwa laki-laki sebagai
makhluk yang kuat (superior), sementara perempuan sebagai makhluk yang lemah (inferior),
yang pada umumnya pandangan tersebut hanya memandang dari segi biologisnya saja.
Dari latar belakang demikian penulis sedikit mengulas tentang perempuan, yang
menurutnya pantas untuk dikaji dan disajikan dalam sebuah paparan, meskipun masih
belum sempurna dan masih perlu banyak masukan.
Mayoritas masyarakat berpendapat bahwa
perempuan tidak perlu berpengetahuan yang luas,dan mengenyam pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, karena menurutnya tidak begitu berguna, betapapun
akhirnya perempuan hanya akan berada di posisi wingking dari laki-laki. Padahal
pada dasarnya pengetahuan itu adalah suatu kebutuhan dan keharusan bagi tiap
manusia baik laki-laki maupun perempuan, yang akan mempengaruhi sikap dan
langkah seseorang dalam menentukan kebijakan dalam kehidupannya. Sebuah
pemikiran bahwa perempuan tidak perlu berpengetahuan luas yang marak
dimasyarakat, merupakan bagian dari bentuk ketidak-adilan yang menimpa kaum
perempuan, sehingga menyebabkan adanya ketimpangan dan diskriminasi terhadap
perempuan, seperti: maraknya kekerasan fisik maupun non fisik dalam rumah
tangga, pelecehan seksual ditempat umum, dan perdagangan manusia dan lain sebagainya. Selain
kurangnya pengetahuan yang luas pada perempuan, penyebab diskriminasi terhadap
perempuan adalah akibat dari adanya gender atau pembedaan peran berdasarkan
jenis kelamin yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembentukan
struktur masyarakat, seperti laki-laki bekerja diluar rumah (publik) sedangkan
perempuan bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga (domestik). Dan juga
banyaknya penafsir-penafsir teks keagamaan yang bernada patriarki. Yang semua
itu mengakibatkan adanya sikap otoritas laki-laki terhadap perempuan, sehingga
perempuan sering kali tidak diuntungkan,dan sering kali perempuan hanya dianggap
sebagai tempat untuk mencari kesenangan, yang seluruh tindakan tersebut dapat
digolongkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia, yang semestinya harus
dihormati tanpa memandang jenis kelaminnya.
Perempuan yang sudah berumah
tangga mayoritas diidentikan dengan beberapa tempat yakni sumur, dapur, kasur,
yang menggambarkan sosok perempuan dimata publik hanyalah cenderung sebagai
penyuci baik pakaian maupun perabotan rumah tangga, pemasak atau penyaji
makanan, dan pemuas kebutuhan biologis seorang laki-laki, saking populernya
tiga istilah tersebut dituangkan oleh seorang seniman menjadi sebuah lagu
dangdut yang cukup populer di masyarakat. Tidak jauh berbeda, dalam peradaban
jawa dahulu juga menganggap bahwa kesempurnaan seorang perempuan itu identik
dengan istilah: masak, macak, manak. Artinya perempuan yang sempurna itu
haruslah bisa memasak, berdandan, dan menghasilkan keturunan. Istilah-istilah
tersebut merupakanbentuk kecildari diskriminasi terhadap para perempuan yang
seolah-olah hanya sebagai pelayan bagi para laki-laki dan yang lebih tidak enak
untuk didengar dikalangan masyarakat para perempuan ada yang dianggap hanya
seperti mesin pencetak anak atau mesin foto copy yang dijalankan oleh para
laki-laki.
Dalam peradaban Arab jahiliyah
dahulu, dikisahkan apabila dalam sebuah keluarga terdapat anak perempuan yang
sudah remaja, maka si anak diberi pakaian lengkap, diberi perhiasan, kemudian
dibuatkan lubang dan selanjutnya dikubur hidup-hidup, karena orang tuanya khawatir
jika anaknya berumah tangga akan mempunyai banyak anak, dan akan menghabiskan
harta benda yang dimiliki oleh orang tuanya. Selain itu juga terdapat masalah
pernikahan yang cenderung menyudutkan perempuan, seorang suami bisa saling
bertukar istri dengan kawannya, dan apabila seorang suami meninggal dunia dan
meninggalkan banyak istri, misal meninggalkan istri berjumlah dua puluh, maka
istri-istri dari bapaknya bisa diwarisi anaknya. Seumpama ada perempuan hamil
dan yang menghamili perempuan tersebut laki-laki yang berjumlah banyak, maka metode
untuk menentukan bapak dari anak yang dikandung si perempuan yakni dengan
menggunakan cara lotre. (bersumber dari buku
Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah).
Cara pandang para penafsir teks
keagamaan/kitab suci yang bernada patriarki juga menjadi penyebab terjadinya sesuatu
yang tidak menguntungkan para perempuan, uniknya cara pandang yang demikian,
diterima dengan baik oleh mayoritas umat Islam, karena hampir semua manusia
fanatik dengan tafsiran para pemuka agama. Misalnya isu perempuan diciptakan
dari tulang rusuk laki-laki. Ayat Al-qur’an yang populermenjadi rujukan adalah
surat An-Nisa’ ayat 1 yang bunyinya
“Yaa ayyuhan nassut taqquu robbakumulladzi
kholaqokum min nafsin waahidatinwa kholaqo minhaa zaujaha wa batstsa minhuma
rijaalan katsiiron wa nisaa- an...”
Yang artinya
“Wahai manusia bertaqwalah
kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari
padanya Alloh menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Alloh memperkembang
biakkan laki-lakidan perempuanyang banyak......”
Para ahli tafsir mayoritas menafsirkan“nafsin
wahidah”adalah Adam,karena berpendapat bahwa Adam adalah manusia pertama. Dan
kalimat “zaujaha” dalam ayat tersebut ditafsirkan pasangannya Adam (umumnya
mengatakan Hawa). Maka para mufasir mayoritas menyimpulkan bahwa pasangannya
(perempuan) diciptakan dari adam (laki-laki). Padahal dalam surat Ali Imron
ayat 33 diterangkan bahwa Adam bukan manusia pertama:
“Sesungguhnya Alloh memilih
Adam dan Nuh dan keluarga Ibrohim dan keluarga Imron melebihi menusia seluruh
alam.”
Adam dan Nuh disebut perorangan
karena belum berkeluarga, sedangkan Ibrohim dan Imron disebut keluarga, oleh
karena ada pernyataan Alloh bahwa Adam dipilih melebihi manusia seluruh alam
(pada zamannya), maka tentunya pada waktu itu sudah ada manusia selain Adam.
Jika waktu itu tidak ada manusia selain Adam maka tidak ada pernyataan “dipilih
melebihi manusia seluruh alam”. Adapun bagi beberapa penafsir kontemporer
seperti Muhammad Abduh dalam kitab Al-Manar yakni menafsirkan “nafsin wahidah”
adalah jenis yang satu yakni manusia.
Adapun keterangan perempuan
diciptakan dari tulang rusuk laki-laki sesungguhnya itu bersumber dari Kitab Perjanjian
Lama (kejadian 2:21-23), yang menyatakan
“Lalu Tuhan Allah membuat
manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Tuhan mengambil salah satu rusuk
dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang
diambilTuhan Allah dari manusia itu, dibangunnya lah seorang perempuan, lalu
dibawa Nya kepada manusia itu. lalu berkatalah manusia itu “inilah dia, tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku, ia akan dinamai perempuan sebab ia
diambil dari laki-laki”.
Seandainya tidak disebut dalam
kitab tersebut pastilah tidak ada keyakinan pada umat muslim bahwa perempuan
berasal dari tulang rusuk laki-laki. Pengertian itu mudah diterima oleh
masyarakat muslim pada umumnya karena adanya orang yang menyisipkan ajaran
Nasrani kedalam Islam, dalam bentuk hadits
“Saling nasihat menasihatilah
kalian untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari
tulang rusuk yang bengkok” (HR. At-tirmidzi).
Dalam Al-qur’an sendiri sama sekali
tidak disebutkan bahwa perempuan berasal dari tulang rusuk laki-laki, dan juga
hadits tersebut tentu saja bertentangan dengan Al-qur’an surat Alhujurot ayat
13 yang menjelaskan bahwa setiap manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan. Adapun yang tidak diciptakan tanpa seorang laki-laki (ayah)
adalah Nabi Isa dan Nabi Adam, sebagaimana Alloh berfirman dalam Al-Qur’an
surat Ali-Imron ayat 59 yang menerangkan tentangkesamaan Nabi Isa dan Nabi Adam (yang mana Nabi Isa lahir tanpa
seorang ayah).
Dan satu hal yang bisa menilai
kualitas hadits yang sebenarnya ialah apakah hadits tersebut bertentangan
dengan Al-qur’an atau tidak, jika bertentangan maka seharusnya harus ditolak,
walaupun secara sanad dianggap shoheh. Dan menurut hemat penulis jika perempuan
diciptakan dari tulang rusuk, tentu saja menganggap perempuan adalah makhluk
yang tidak bisa diatur/dididik, selayaknya tulang rusuk yang apabila dibiarkan
akan tetap bengkok, dan upaya meluruskan tulang rusuk itu berakibat fatal,
kemungkinan besar tulang tersebut akan patah.
Al-qur’an surat annisa’ ayat 34,
”Arrijaalu qowamuuna ‘alan
nisaa-i bimaa fadldlolallohu ba’dlohum ‘ala ba’dlin...”
yang artinya
“Laki-laki adalah pemimpin
bagi perempuan, dan oleh Alloh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)
atas sebagian yang lain (perempuan)”.
Lafal “qowwam” menurut
ahli tafsir kebanyakan mengartikan dengan pemimpin, pelindung, penanggung
jawab, pendidik, pengatur dan lain sebagainya, dan kelebihan tersebut diartikan
keunggulan akal dan fisiknya. Tetapi menurut kalangan feminis mengartikan “qowwam”
adalah laki-laki berkewajiban menyediakan nafkah (fungsi produksi), sekaligus
sebagai pendukung fungsi produksi dan perempuan sebagai pengemban fungsi
produksi. Dalam hal ini pemimpin dapat dilihat dari kemampuan mempimpin, jika
perempuan memiliki kemampuan maka perempuan boleh menjadi pemimpin. Oleh karena
itu kita dapat memahami maksud ayat tersebut memerintahkan laki-laki untuk
memenuhi seluruh kebutuhan perempuan. Dan makna kelebihan laki-laki adalah
kepemimpinan yang Alloh embankan kepada seorang laki-laki merupakan kelebihan
(keterampilan) mereka, sedangkan perempuan juga memiliki keterampilan yang
tidak dimiliki laki-laki. Jadi Alloh menjadikan keterampilannya tersebut
sebagai keistimewaan dan kelebihan tersendiri bagi keduanya (laki-laki dan
perempuan).
Dari paparan diatas bisa
disimpulkan keberadaan perempuan yang tidak setara dengan laki-laki yang lebih
diutamakan, berperan aktif dalam merumuskan masalah dan mengambil keputusan
dalam sebuah kehidupan. Banyaknya penafsir teks keagamaan yang bernada
patriarki juga menimbulkan kesan negatif terhadap perempuan, sehingga pihak
perempuan sering kali berada dalam pihak yang tidak diuntungkan. Dari kisah
peradaban Arab Jahiliyah dapat diketahui keberadaan para perempuan yang tidak
diuntungkan sejak jaman dahulu, dan sampai saat ini di berbagai belahan dunia
masih juga banyak kasus diskriminasi terhadap perempuan, hingga banyak dibentuk
organisasi yang memberdayakan para perempuan di berbagai bidang kehidupan,
mulai dari lembaga pemerintahan sampai organisasi kemasyarakatan. Selain itu
akhir-akhir ini juga banyak diperingati hari perempuan baik secara nasional
maupun internasional seperti hari ibu, hari Kartini, 16HAKTP (kampanye selama
16 hari anti kekerasan terhadap perempuan), dan yang masih hangat hari
perempuan internasional yang diperingati pada tanggal 8 maret kemarin, yang tak
lain semua itu untuk menyetarakan
keberadaan perempuan dengan laki-laki dimata sosial.
Dalam Al-qur’an sesungguhnya
menekankan unsur persamaan atau penyetaraan antara laki-laki dan perempuan, diciptakannya
agama tidak lain untuk kemaslahatan hidup manusia didunia dan diakhirat, dengan
kata lain agama bukan untuk kemudlorotan. Selain itu diutusnya nabi muhammad
juga untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Jadi tidak ada satupun ayat
Al-Qur’an yang mendukung bahwa perempuan itu diciptakan dari bagian rusuk seorang
laki-laki, tidak ada pula ayat yang mendukung laki-laki untuk berbuat
sewenang-wenang terhadap perempuan. Diantara ayat yang menekankan unsur
persamaan dalam Al-Qur’an adalah:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak cucu adam (laki-laki dan perempuan) dan kami angkat mereka didaratan dan
dan di lautan, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isro’ 17: 70).
Dan diperjelas dengan ayat
“....sesungguhnya, Aku tidak
akan menyia-nyiakan amal seorang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki
ataupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah keturunan dari sebagian yang
lain...” (QS Ali-Imron 3: 195)
Maksud dari ayat tersebut
laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, demikian pula perempuan berasal
dari laki-laki dan perempuan, yang keduanya sama-sama manusia, dan tak ada
kelebihan dari salah satu tentang
penilaian amal.
“Wahai manusia sesungguhnya
kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Dan kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku bangsa supaya kamu saling kenal
mengenal, dan sesungguhnya yang paling mulia disisi Alloh adalah yang paling
taqwa diantara kamu, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Alhujurot 49: 13).
Dalam agama islam seorang
laki-laki dan perempuan sama mempunyai peran yang penting dalam kehidupan, para
perempuan yang menjadi ibu sukses yang memuliakan anak-anaknya juga banyak
disinggung dalam sejarah nabi-nabi yang berjenis laki-laki, perempuan banyak
yang mempunyai peran banyak terhadap perjuangan para nabi, seperti para
perempuan yang menjadi ibu para nabi Ulul Azmi, yakni ibu dari Nabi Nuh, Nabi
Ibrohim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW, yang semua ibu-ibu
tersebut telah berperan besar dalam merawat, serta mendidik para putranya yang
menjadi pemimpin umat manusia. Selain itu juga banyak istri-istri para nabi
yang ikut berjuang dan mendukung dalam menyampaikan tugasnya.
Dalam islam juga ada hadits yang
menyebutkan “Aljannatu tahta aqdamil umahati” yang artinya “surga itu
dibawah telapak kaki ibu” hadits ini menjelaskan bahwa perempuan mempunyai
peran besar terhadap masa depan anaknya baik kehidupan di dunia sampai akhirat.
Dan banyak disinggung dalam Al-Qur’an tentang keutamaan perempuan misal perempuan
menjadi nama surat nomer 4 yakni An-nisa’(perempuan), seorang perempuan yang
menjadi nama surat nomer 19 yakni Maryam (nama seorang perempuan), adanya
perintah berbuat baik kepada kedua orang tua (ibu dan bapak). Hal ini
memberikan kehormatan kepada perempuan. Dan yang menjadi pelajaran berharga yang
mengajarkan kepada umat islam tentang tidak adanya perbedaan derajat antara
laki-laki dan perempuan, yang membedakan derajat dari keduanya adalah ketaqwaan
dan amal sholeh yang telah dilakukan dalam kehidupannya.
Daftar Pustaka
[1]Tafsir Al-Quran Menteri Agama
no. 26 th 1967.
[2]Alkitab terjemahan baru (TB)
LAI 1974, nomor 021056, 21 Agustus 2000 Departemen Kehakiman dan Hak asasi
manusia.
[3]Al-ikhwan, Tauhid Rububiyyah
Dan Tauhid Uluhiyyah.
[4]m.hijabers.abatasa.co.id/hijabers/detail//362/benarkah-perempuan-diciptakan-dari-tulang-rusuk-laki-laki.html
No comments:
Post a Comment